Suku Baduy Menikmati Suasana Orang Luar Tidak Bisa Masuk Saat Pandemi

No Comments
Mengenal Suku Baduy, Suku yang Gemar Berjalan Kaki dan Tolak ...

Jakarta - Setelah sekian lama merasa terusik oleh pariwisata, masyarakat Adat Baduy mengajukan permohonan kepada Presiden Joko Widodo, agar menghapuskan kawasan adat Baduy sebagai destinasi wisata.
Saat wisatawan tidak bisa masuk karena pandemi COVID-19, masyarakat adat Baduy mengaku 'menikmati' suasana ketika tidak ada orang luar yang masuk ke wilayah adat.

"Saya waktu itu ngobrol dengan Jaro Tangtu Cikeusik (Jaro Alim) dan ada Puun Cikeusik juga. Saya ditemani Jaro Saidi yang kampung-nya nggak jauh dari tempat tinggal saya, karena tempat tinggal saya memang persis di pinggiran tanah (wilayah) adat. Mereka merasakan semacam 'kenikmatan' ketika ada peraturan orang luar nggak boleh masuk baduy karena alasan COVID. Mereka menikmati betul suasana itu," ujar Heru Nugroho.


Heru mengklaim mendapat mandat dari masyarakat adat Baduy yang diwakili oleh Jaro Dangka (Jaro Aja), Jaro Madali (Pusat Jaro Tujuh), dan Jaro Saidi (Tanggungan Jaro Dua Belas) untuk membuat surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo untuk menghapus Baduy sebagai destinasi wisata.

Heru dan 3 anggota lainnya yaitu Henri Nurcahyo, Anton Nugroho, dan Fajar Yugaswara diberi mandat Lembaga Adat Baduy untuk bisa menyampaikan aspirasi dan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden, beberapa Kementerian dan perangkat daerah wilayah Banten.

"Satu lagi, pengaruh kehadiran pedagang-pedagang yang banyak membawa sampah plastik sampai ke baduy dalam, itu juga persoalan serius. Banyak hal yang sudah kami tulis di surat yang dikirim ke presiden," ujar Heru.

Mengenaiikhwal dirinya ditunjuk masyarakat adat Baduy untuk menyampaikan pesan itu pada presiden, Heru mengatakan dirinya sudah sekitar 15 tahun bolak-balik ke Baduy, entah itu ke Baduy luar atau dalam.

Ini Cara Suku Baduy Menabung - MerahPutih

"Terutama kalau (saya) lagi merasa sumpek dan penat sama kebisingan kota. Hingga saya punya lahan kecil di pinggiran tanah adat, berikut kediaman kalau pas saya kesana. Jadi saya sering ngobrol dengan beberapa pihak, tapi paling enak buat saya adalah diskusi dengan tokoh-tokoh adat, baik di wilayah baduy dalam, maupun baduy luar. Kami sama-sama saling menghargai pilihan keyakinan masing, atau pilihan jalan hidup masing-masing. Contoh saja, kalau saya suruh mengikuti cara hidup yang patuh dengan tatanan adat di sana, wah saya terus terang nggak akan sanggup. Tapi saya menghargai pilihan mereka untuk tetap patuh terhadap tatanan nilai adat yg mereka yakini. Jadi, tema soal ketahanan mereka terhadap nilai-nilai adat dan tidak bersedia menyentuh atmosfer modernisasi itu, merupakan tema yg paling sering kita diskusikan," ujarnya panjang lebar.

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.